Gaza Rayakan Gencatan Senjata dengan Israel

Gaza Rayakan Gencatan Senjata dengan Israel
Gaza City, 17 September 2025 — Warga Gaza tumpah ruah ke jalanan pada Rabu malam waktu setempat untuk merayakan gencatan senjata terbaru antara kelompok pejuang Palestina dan Israel, setelah berminggu-minggu terjadi eskalasi kekerasan yang menewaskan ratusan jiwa dan menyebabkan kerusakan infrastruktur yang parah.
Perjanjian gencatan senjata yang ditengahi oleh Mesir dan PBB itu mulai berlaku pada pukul 22.00 waktu setempat. Tidak lama setelah itu, suara tembakan senjata perayaan dan kembang api terdengar di berbagai sudut Kota Gaza. Ribuan warga terlihat berkumpul di alun-alun utama dan jalan-jalan besar sambil mengibarkan bendera Palestina, menyanyikan lagu-lagu nasional, dan meneriakkan yel-yel kemenangan.
“Kami lelah dengan perang, tapi malam ini kami merayakan jeda yang telah lama kami nantikan,” ujar Ahmed al-Khatib, seorang warga Gaza yang ikut merayakan bersama keluarganya. “Ini bukan akhir dari perjuangan, tapi ini adalah momen untuk bernapas.”
Gencatan senjata ini terjadi setelah lebih dari tiga minggu bentrokan intensif yang dipicu oleh serangan udara di Jalur Gaza dan peluncuran roket ke wilayah Israel. Data dari Kementerian Kesehatan Gaza menunjukkan bahwa lebih dari 1.200 orang tewas, mayoritas di antaranya adalah warga sipil, termasuk anak-anak dan perempuan. Sementara itu, Israel melaporkan sedikitnya 80 warganya tewas akibat serangan roket dan serangan lintas batas.
Pemerintah Israel belum memberikan pernyataan resmi apakah gencatan senjata ini akan bersifat permanen, namun menyatakan akan "memantau situasi dengan ketat dan merespons setiap pelanggaran." Di sisi lain, kelompok Hamas menyebut perjanjian ini sebagai "kemenangan politik dan moral bagi rakyat Palestina."
Masyarakat internasional menyambut baik langkah ini dan mendesak kedua belah pihak untuk menjadikan gencatan senjata ini sebagai pintu masuk menuju negosiasi damai yang lebih langgeng.
Meski perayaan berlangsung hangat, banyak warga Gaza masih diliputi rasa trauma dan kehilangan. Ribuan rumah hancur, pasokan listrik dan air bersih sangat terbatas, dan kebutuhan kemanusiaan mendesak terus meningkat.
“Perayaan ini penting, tapi kami butuh lebih dari sekadar gencatan senjata. Kami butuh hidup yang layak, pendidikan, pekerjaan, dan keamanan,” kata Lina Hassan, seorang guru yang tinggal di Gaza Tengah.
Gencatan senjata ini menjadi harapan baru, meskipun rapuh, bagi perdamaian yang lebih berkelanjutan di wilayah yang telah lama dilanda konflik.