Perbandingan Tarif Impor Trump di Negara-Negara ASEAN

Perbandingan Tarif Impor Trump di Negara-Negara ASEAN
Washington D.C., 17 Juli 2025 — Kebijakan tarif impor yang diberlakukan oleh mantan Presiden Amerika Serikat Donald Trump selama masa jabatannya masih meninggalkan dampak ekonomi yang terasa hingga kini, termasuk di kawasan Asia Tenggara. Negara-negara anggota ASEAN (Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara) mengalami perlakuan yang berbeda terkait tarif impor ke Amerika Serikat, tergantung pada hubungan dagang bilateral dan struktur ekspor masing-masing negara.
Selama masa pemerintahannya (2017–2021), Trump menerapkan pendekatan proteksionis melalui kebijakan "America First", yang antara lain diwujudkan melalui pengenaan tarif tinggi terhadap barang impor dari sejumlah negara. ASEAN, yang terdiri dari 10 negara anggota, tidak luput dari dampak kebijakan tersebut.
Vietnam dan Thailand: Peningkatan Tajam Tarif
Vietnam dan Thailand termasuk negara ASEAN yang paling terdampak oleh tarif tinggi, terutama untuk produk tekstil, elektronik, dan baja. Amerika Serikat menuduh Vietnam melakukan manipulasi mata uang dan dumping produk, yang menyebabkan beberapa produk terkena tarif hingga 25%. Thailand pun terkena imbas, khususnya untuk barang-barang otomotif dan alat elektronik rumah tangga.
Indonesia: Terkena Tarif Moderat
Indonesia mengalami peningkatan tarif, tetapi dalam skala yang lebih moderat. Produk seperti ban, tekstil, dan makanan olahan terkena tarif tambahan antara 5–15%. Meski begitu, Indonesia masih menjaga hubungan dagang yang relatif stabil dengan AS, dengan adanya dialog diplomatik untuk meredakan ketegangan.
Singapura dan Brunei: Minim Dampak
Sebagai negara dengan orientasi ekonomi jasa dan ekspor bernilai tinggi seperti perangkat teknologi dan energi, Singapura serta Brunei relatif tidak terdampak langsung oleh tarif impor Trump. Ekspor dari kedua negara ke AS tetap stabil, sebagian besar karena volume ekspor barang konsumsi yang rendah.
Malaysia dan Filipina: Dampak Bervariasi
Malaysia dan Filipina mengalami dampak yang bervariasi, tergantung pada sektor industri. Produk semikonduktor dari Malaysia mendapat pengecualian karena pentingnya komponen tersebut dalam rantai pasok global. Sementara Filipina mengalami tekanan pada sektor pertanian dan garmen, dengan tarif tambahan yang mencapai 10–20%.
ASEAN Cari Alternatif Pasar
Akibat ketidakpastian kebijakan perdagangan dari AS selama era Trump, banyak negara ASEAN mulai mencari alternatif pasar ekspor, termasuk mempererat kerja sama dengan Tiongkok, Uni Eropa, dan memperkuat integrasi ekonomi regional melalui RCEP (Regional Comprehensive Economic Partnership).
Penutup
Meski pemerintahan Trump telah berakhir, efek kebijakan tarif impornya terhadap ASEAN masih menjadi bahan evaluasi dan pembelajaran dalam hubungan dagang global. Negara-negara ASEAN kini lebih berhati-hati dalam mengandalkan pasar tunggal, termasuk AS, sebagai tujuan ekspor utama mereka.